Bali - Libur-libur di Indonesia
Gue mohon ampun yang entry kali ini bisa dikarang dalam Bahasa Bali … oops Bahasa Indonesia. Ini kali ke-2 gue bersama teman-teman berlibur di Bali. Cuma kali ini liburannya lebih panjang sedikit.
Bali enggak semeriah tahun yang sudah. Yang pasti lawatan kali ini bisa bersamaan dengan acara World Cup. Juga Festival Budaya Bali diadakan di Denpasar dei. Kami ber-3 menginap di daerah Legian, enggak jauh dari daerah Kuta dan Seminyak. Bamboo Bed and Breakfast kepunyaan Villa de daun, tempat tinggal mewah pilihan kami kali ini. Mahal loe!
Seperti tahun sudah juga kami memilih tour persendirian, pengusaha yang sama Om Harry dan Om Harris. Ternyata peningkatan ongkos minyak bisa membuat pembayaran tour juga meningkat. Kali ini kami lewat tempat-tempat berbeda yang bolum dilewat tahun sudah.
Pada keesokan harinya (hari ke-2) kami berangkat ke utara Bali – Singaraja yang juga ibukota lama Bali. Disini enggak banyak tempat menarik, yang ada cuma Lovina sebuah kota kecil 10 km dari Singaraja. Kami makan tengahari di sebuah hotel di tepian pantai. Mahal loe Rupiah50,000 sekepala. Seterusnya kami ke kawasan gunung tinggi di Bedugul.
Ternyata dingin keadaannya. Pasti ada tourist cuma kurang aja. Kraftangan banyak disini terutama kalung-kalung manik dan pendant-pendant yang diperbuat dari kerang-kerangan, siput-siput, kelapa dan bahan hutan. Banyak yang gue beli dan setiap kali membeli siap meminta gratis mahupun diskon. Ada yang lumayan juga ongkosnya. Yang penting bisa beramah mesra bila membeli dan pandai berbahasa Indonesia. Ayat ini sering keluar dari mulut gue .. Bu, yang ini berapa sih?
Tempat-tempat lain yang dilewat langsung sepanjang perjalanan ialah Airterjun Gitgit. Airterjunnya cuma besa-besa aja, enggak ada yang spesel bangat. Cuma arah jalan ke airterjun mempunyai lingkungan tajam dan perlu berhati-hati.
Hari ke-3 dengan mobil kami ke Denpasar aja, putar-putar si sekitar kota, melawat museum, gedung gedung dan ke Kal Mal Bali gedung pakaian mahal dimana Planet Hollywood Bali terletak disini. Waduh uda banyak selebriti intranasional bisa uda ke sini loe, semuanya santik dan gantang-gantang dong. Sore sekitar 30 minit ke jam 6 kami balik ke Legian. Malamnya gue mengikut haluan sendirian, gue ke daerah Seminyak dengan mobil, teman lain santai di pantai, yang seorang tidur di kamar aja. Kepenatan katanya. Di daerah Seminyak ini banyak ya discotheque dan pub atau barnya. Ada yang mengenakan fee untuk masuk umpamanya ke Double Six.
Hari ke-4 kami menuju ke barat Bali ke Besakih – temple-temple Hindu yang dianuti penduduk Bali popular disini. Gunung Berapi Agung yang tertinggi di bali yang masih aktif lagi juga bisa disini. Pengunjung dikenakan memakai sarung agar aurat tertutup bila bisa melawat temple. Disepanjang jalan, ternyata adat tradisi Bali masih diamalkan dengan upacara-upacara agama, papan tanda dengan notis seperti ini kerap kelihatan – Hati-hati, ada upacara keagamaan.
Seterusnya kami melawat tarian Barong, tapi agak lambat ke tempat pertunjukkan. Selepas itu kami melawat cara-cara babi guling disediakan untuk dibuat sate babi, bubur, dan sebagainya. Di daerah Legian dan juga Kuta, Ubud, Seminyak, Besakih, Tabanaan, ternyata warung-warung menyediakan masakan tradisi babi guling banyak sekali.
Sekitar 30 minit lepas jam 5 sore, kami ke Uluwatu di selatan Bali untuk pertunjukkan tarian kecak. Tikit masuk ke pertunjukkan lumayan ongkosnya – Rupiah50,000. Balik ke hotel gue kepenatan bangat. Namun makan malam di restoran mewah enggak terlepas. The Maccaroni Club menghidangkan masakan barat terutama masakan Itali. Sebelum balik ke kamar kami berkunjung ke discotheque terbesar di Legian – Bounty Club.
Hari ke-5 dibiarkan kosong untuk acara membeli-belah di Kuta. Cuma kali ini gue kurang berminat membeli ole-ole karana ini lawatan kali ke-2 uda. Tapi gelang-gelang tangan logam silver tetap dibeli dan kalung-kalung manik yang unik untuk koleksi pribadi yang bisa digunakan dalam acara modeling dan fashion show di Sabah. Sebanyak Rupiah600,000 ribu dilabur untuk tujuan ini. Makan sorenya di warung terkenal – Made Warung di Jln Kuta Pantai, dan kembali ke hotel untuk beristi rihat.
Keseluruhannya gue dan teman-teman menjangka ini lawatan penghujung ke Bali. Cukup uda berlipur 2 tahun berturut-turut ke sini. Bali yang pernah suatu tika dahulu diagung-agungkan pulauan impian untuk bersantai dan berbulan madu nyata sekali benar. Kota ini memang unik dari segi budaya adat resam, dan upacara keagamaannya.
Bila seseorang itu bisa melawat Bali pasti terasa perbedaannya yang enggak ada di negara sendiri. Inilah yang dikatakan jauh perjalanan lebih banyak pengetahuan. Yang pasti ini cuma tinggalan kenangan manis gue dan teman-teman semasa di Bali. Bisa ke temu lagi pak, mas, bu. Sekian buat kali ini.
0 Comments:
Post a Comment
<< Home